Minggu, 17 Januari 2010

MOKSA KAITANNYA DENGAN CATUR MARGA YOGA SERTA PENCAPAIAN JIWA MUKTI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diantara semua makhluk hidup di dunia ini, maka menjadi manusia adalah yang mulia, manusia dapat berbuat baik maupun buruk, serta dapat melebur perbuatannya yang buruk dengan perbuatan yang baik. Jadi kita sepatutnya bersyukur dan berbesar hati lahir sebagai manusia. Karena menjadi manusia tidakklah mudah. Menjelma sebagai manusia sungguh-sungguh utama karena ia dapat menolong dirinya dari kesengsaraan dengan berbuat baik. Maka dalam hidup ini hendaknya dapat menghargai dan menggunakan kesempatan untuk dilahirkan menjadi manusia untuk membebaskan dirinya dari kesengsaraan untuk menuju kebahagiaan yang abadi dalam keyakitan agama hindu, yang menjadi tujuan hidup manusia adalah moksa. Dalam kitab suci Weda dinyatakan “Moksartham jagadhita ya ca iti dharma” yang artinya bahwa tujuan agama (dharma) itu adalah untuk mencapai moksa (moksartham) dan kesejahteraan umat manusia (jagadhita).

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pengertian , dan Tingkatan Moksa
1.2.2 Jalan Untuk Mencapai Moksa
1.2.3 Perbedaan Orang yang telah Mencapai Jiwa Mukti dengan Kalangan Masyarakat Biasa

1.2 Metode Penulisan
Metode yang dilakukan didalam penulisan paper ini melalui metode kepustakaan dan mengumpulkan data-data ini melalui buku-buku pengamatan langsung.

1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk lebih meningkatkan diri dalam mengamalkan ajaran agama hindu dalam kehidupan sehari-hari.
1.3.2 Untuk memberikan petunjuk yang terang dalam meningkatkan hidup ini.
1.3.3 Untuk mengetahui bahwa kelahiran sebagai manusia patut digunakan dengan sebaik-baiknya untuk hidup yang mulia dan luhur.


BAB II
PEMBAHASAN



2.1 Pengertian , dan Tingkatan Moksa

2.1.1 Pengertian Moksa
Moksa adalah salah satu sradha dalam agama hindu. yang merupakan tujuan hidup tertinggi agama hindu. Moksa merupakan akhir dari punarbhawa, akhir dari lahir dan mati, bersatunya atma dengan paaramatma, kebebasan yang kekal abadi . Bersatunya atma dengan Brahma terdiri atma telah mencapai keadaan sat cit ananda, yaitu kebahagiaan yang kekal abadi atau sukha tan pawali dukha. Penyatuan dengan tuhan baru akan di dapat apabila ia telah melepaskan diri dari semua bentuk ikatan pada dirinya. Keterikatan yang melekat pada diri kita itulah yang dinamakan dengan maya atau kepalsuan. Maya dalam agama hindu dinamakan sakti, prakrti, kekuatan, dan pradhana. Kata moksa berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata muc yang berarti membebaskan atau melepaskan. Dengan demikian, kata moksa berarti kkelepasan dan kebebasan. Dari segi istilah, moksa disamakan dengan nirwana dan nisreyasa atau keparamarthan. Moksa adalah alam Brahman yang sangat gaib dan di luar batas pikiran umat manusia. Moksa bersifat nirguna, tidak ada bahasa manusia yang dapat menjelaskan bagaimana sesungguhnya alam moksa itu. Dia hanya dapat dirasakan oleh orang yang dapat mencapainya. Alam moksa bukan merupakan sesuatu yang bersifat khayal, tetapi sesuatu yang benar-benar ada, karena demikian dikatakan oleh ajaran kebenaran (agama). Yang dimaksud kebebasan dalam pengertian moksa ialah terlepasnya atma dari ikatan maya sehingga dapat menyatu dengan Brahma. Moksa itu tercapai bukan setelah manusia mengakhiri hidupnya di dunia ini saja, tetapi dalam dunia ini pun moksa dapat dicapai. Hanya dicapainya apabila telah lepas dari ikatan duniawi dan pasang surut, suka dukanya gelombang hidup di dunia yang disebut jiwamukti (moksa semasih hidup).

2.1.2 Tingkatan Moksa
Moksa dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu
1. Samipya
Samipya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai seseorang semasa hidupnya di dunia ini. Hal ini dapat dilakukan oleh para yogi dan para maharsi. Beliau dalam melakukan yoga Samadhi telah dapat melepaskan unsur-unsur maya. Sehimgga beliau dapat mendengar wahyu tuhan. Dalam keadaan yang demikian, atman berada sangat dekat sekali dengan tuhan. Setelah beliau selesai melakukan Samadhi, maka keadaan beliau kembali sebagai biasa. Emosi, pikiran, dan organ jasmaninya aktif kembali.
2. Sarupya (Sadharmya)
Sarupya (Sadharmya) adalah suatu kebebasan yang didapat oleh seseorang di dunia ini, karena kelahirannya, kedudukan atman merupakan pencarian dari kemahakuasaan tuhan. Seperti halnya Sri Rama, Buddha Gautama, dan Sri Kresna. Walaupun atman telah mengambil suatu perwujudan tertentu, namun ia tidak terikat oleh segala sesuatu yang ada di dunia ini.
3. Salokya
Salokya suatu kebebasan yang boleh dicapai oleh atman. Dimana atman itu sendiri telah berada dalam posisi dan kesadaran yang sama dengan tuhan. Dalam kesadaran seperti itu dapat dikatakan atman telah mencapai tingkatan dewa yang merupakan manifestasi dari tuhan itu sendiri.
4. Sayujya
Sayujya adalah suatu tingkatan kebebasan yang tertinggi dimana atman telah dapat bersatu dengan Brahman. Dalam keadaan seperti inilak sebutan Brahman Atman Aikyam yang artinya atman dan Brahman sesungguhnya tunggal. Istilah lain yang dipergunakan untuk mengklarifikasi tingkat-tingkat moksa, yaitu:
1. Jiwa Mukti adalah suatu kebebasan yang didapat oleh seseorang dalam hidupnya di dunia ini. Dimana atman tidak terpengaruh oleh indriya dan unsure-unsur dari maya. Dengan demikian maka jiwa mukti sama sifatnya dengan samipya dan sarupya (sadharmya).
2. Wideha Mukti (Karma Mukti) adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai semasa hidupnya. Dimana atman telah meniggalkan badan kasar, tetapi wasana dari unsure maya tidak kuat lagi mengikat atman itu, dalam keadan seperti itu kesadaran yang dicapi oleh atman sudah setara dengan tuhan. Tetapi, belum bersatu karena masih adanya imbas unsure maya. Dengan demikian maka wideha mukti (karma mukti) dapat disamakan dengan salokya.
3. Purna Mukti adalah kebebasan yang paling sempurna dan yang tertinggi, dimana atman telah dapat bersatu dengan tuhan. Dengan demikian purna mukti dapat disamakan dengan sayujya.

2.2 Hubungan Moksa dengan Catur Marga Yoga
Moksa adalah tujuan terakhir dari seluruh umat hindu. Dengan menjalankan sembahyang batin dengan dharana (menetapkan cipta), dhyana (memusatkan cipta), dan Samadhi (mengheningkan cipta). Manusia beangsur-angsur akan dapat mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi yaitu bebas dari segala ikatan keduniawian untuk bersatunya atman dengan Brahman. Didalam ajaran kerohanian hindu terdapat jalan untuk mencapai kesempurnaan, yaitu moksa dengan menghubungkan diri dan pemusatan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang disebut Catur Marga Yoga,yaitu:
1. Bhakti Marga Yoga
Bhakti marga yoga yaitu, proses atau cara mempersatukan atman dengan Brahman dengan berlandaskan atas dasar cinta kasih yang mendalam kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kata “Bhakti” berarti hormat, taat, sujud, menyembah persembahan dan kasih. Bhakti Marga yoga artinya jalan cinta kasih dan persembahan, seseorang Bhakta (orang yang menjalani bhakti marga) dengan sujud dan cinta, menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa raganya sebagai yajna kepada Sang Hyang Widhi. Cinta kasih yang mendalam adalah suatu cinta kasih yang bersifat umum dan mendalan yang disebut maitri. Semangat tat twam asi sangat subur dalam hati sanubarinya, sedikit pun tidak tersimpan dalam dirinya sifat-sifat negative, seperti kebencian, kekejaman, iri dengki, dan kegelisahan atau keresahan. Cinta baktinya kepada hyang widhi sangat mendalam, juga dipancarkan kepada semua makhluk baik manusia maupun binatang.
2. Karma Marga Yoga
Karma Marga Yoga adalah jalan atau usaha untuk mencapai kesempurnaan atau moksa dengan perbuatan atau kebajikan tanpa pamrih. Hal yang palin utama dari karma marga yoga ialah melepaskan semua hasil dari segala perbuatan. Dalam bhagawadgita III. 19 tentang karma marga yoga dinyatakan sebagai berikut:
Tasmad asaktah atatam karyam karma samacara asakto hy acaran karma param apnoti purusah.
Artinya:
Oleh karena itu, laksanakan segala kerja sebagai kewajiban tanpa terikat pada hasilnya. Sebab dengan melakukan kegiatan kerja yang bebas dari keterikatan, orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama. Bagi seseorang karma, penyerahan hasil pekerjaan kepada tuhan bukan berarti kehilangan, bahkan akan dating balasan berlipat ganda. Masyarakat yang telah suci jasmani dan rohani akan menjauhkan diri dari sifat-sifat munafik dan kepalsuan. Cita-cita yang sempurna akan dapat tercapai oleh masyarakat itu. Semua itu telah terbukti dalam pengalaman dari jiwa kebebasan seseorang karma yogin.

3. Jnana Marga Yoga
Jnana artinya, kebijaksanaan filsafat (pengetahuan). Yoga berasal dari urat kata yuj artinya, menghubungkn diri. Jadi, jnana marga yoga artinya mempersatukan jiwatman dengan paramatman yang dicapai dengan jalan mempelajari ilmu pengetahuan dan filsafat pembebasan diri dari ikatan-ikatan keduniawian. Untuk melepaskan ikatan-ikatan ini kita harus mengarahkan segalapikiran kita dan memaksanya pada pikiran-pikiran suci. Jalan tumbuhnya pikiran, perbuatan lahir, pelaksanaan swadharma, dan sikap bati (wikarma) sangat diperlukan dimana perbuatan lahir adalah penting. Ada tiga hal penting dalam hal ini, yaitu: kebulatan pikiran, pembatasan pada kehidupannya sendiri, dan keadaan jiwa yang seimbang atau tenang maupun pandangan yang kokoh, tentram dan damai.

4. Raja Marga Yoga
Raja mmarga yoga adalah suatu jalan mistik (rohani) untuk mencapai kelepasan atau moksa, melalui raja marga yoga seseorang akan lebih cepat mencapai moksa, tetapi tantangan yang dihadapinya pun lebih berat. Orang mencapai miksa dengan jalan ini diwajibkan mempunyai seorang guru kerohanian yang sempurna untuk dapat menuntun dirinya kea rah tersebut. Adapu tiga jalan pelaksanaan yang ditempuh oleh para raja yogin, yaitu melakukan tapa brata, yoga, dansamadhi. Tapa dan brata merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita kearah yang positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab suci. Sedangkan, yoga dan Samadhi adalah latihan untuk dapat menyatukan atman dengan Brahman , dengan melakukan meditasi atau pemusatan pikiran.seseorang raja yoga akan dapat menghubungkan dirinya dengan rohani melalui astanga yoga, yaitu delapan tahapan yoga untuk mencapai moksa. Astanga yoga diajarkan oleh Maha Rsi Patanjali dalam bukunya yang disebut Yoga Sutra Patanjali, sebagai berikut:
a. Yama, yaitu suatu bentuk larangan yang harus dilakukan oleh seseorang dari segi jasmani, misalnya: dilarang membunuh (ahimsa), dilarang berbohong (satya), pantang menginginkan sesuatu yang bukan miliknya (asetya), pantang melakukan hubungan seksual (brahmacari).
b. Nyama, yaitu pengendalian diri yang lebih bersifat rohani. Misalnya: sauca (tetap suci lahir batin), santosa (selalu puas dengan apa yang dating), swadhyaya (mempelajari kitab-kitab keagamaan), iswara pranidhana (selalu bhakti kepada uhan), dan tapa (tahan uju).
c. Asana, yaitusikap duduk yang menyenangkan, teratur, dan disiplin.
d. Pranayama, yaitu mengatur pernapasan sehingga menjadi sempurna melalui tiga jalan, yaitu: puraka (menarik nafas), kumbhaka (menahan nafas), dan recaka (mengeluarkan nafas)
e. Pratyahara, yaitu mengontrol dan mengendalikan indriya dai ikatan obyeknya, sehingga orang dapat melihat hal-hal suci.
f. Dharma, yaitu usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan sasaran yang diinginkan.
g. Dhyana, yaitu pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan kepada suatu obyek. Dhyana dapat dilakukan terhadap ista dewata.
h. Samaddhi, yaitu pnyatuan atman (sang diri sejati dengan Brahman).
Bilamana seseorang melakukan yoga dengan teratur dan sungguh-sunguh ia akan dapat menerima getaran-getaran suici dan wahyu tuhan. Dalam Bhagawadgita dinyatakan sebagai berikut:
Yogiyuhjita satatam atmanam rahasi sthitah ekaki yata-chittatma nirasir aparigraha.
( Bhagawadgita, VI. 10)
Seseorang yogi harus tetap memusatkan pikirannya (kepada atman yang maha besar), tinggal dalam kesunyian dan tersendiri, menguasai dirinya sendiri, bebas dari angan-angan dan keinginan untuk memiliki.





2.3 Perbedaan Orang yang telah Mencapai Jiwa Mukti dengan Kalangan Masyarakat Biasa
Orang yang telah mencapai jiwa mukti dalam hidupnya tidak lagi terikat pada gelombang kehidupan di dunia ini. Bagi orang yang telah mencapai jiwa mukti bekerja adalah sebagai pemujaan Tuhan dan semua hasilnya diserahkan kepada tuhan. Mereka mempunyai pandangan yang sama terhadap keberhasilan dan kegagalan, terhadap suka dan duka, memiliki sifat cinta kasih terhadap semua yang ada di dunia ini. Dalam hubungan iuni renungkanlah sloka berikut:
Manmana bhava madhakta madyayi man namaskuru mam eva shyasi yuktvai vam atmanam matparayanah.
Artinya:
Pusatkan pikiranmu padaku, berbakti padaku, disiplin pada dirimu sendiri dan aku sebagai tujuan, engkau akan dating padaku.
Bagi seseorang yang telah mencapai jiwa mukti segala perbuatannya dipandang telah berubah menjadi yoga dan dilakukan sebagai persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini diucapkan oleh seseorang yang telah mencapai jiwa mukti. Ia telah mempersembahkan setiap perbuatannya kepada tuhan dan dengan demikian segala perbuatannya akan menjadi ibadah. Sedangkan bagi masyarakat kebanyakan yang belum mencapai kesadaran jiwa mukti, maka semua yang dikerjakannya merupakan sesuatu yang masih terikat dengan hasilnya. Mereka menganggap, semua pekerjaannya dilakukan oleh dirinya, maka itu dirinya masih dipenuhi sifat-sifat egoisme. Pekerjaan yang dilandasi oleh rasa egoisme dapat mendatangkan malapetaka dan penderitaan. Mereka belum mennydari sepenuhnya bahwa semua yang ada ini dipenuhi oleh ketuhanan.


BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
 Kesimpulan dari pengertian moksa, kaitannya dengan catur marga dan tingkatannya adalah pergunakanlah dengan sebaik-baiknya kesempatan menjelma sebagai manusia, kesempatan yang sungguh sulit diperoleh, yang merupakan tangga untuk pergi ke sorga, segala sesuatu yang menyebabkan agar tidak jatuh lagi, itulah hendaknya dilakukan.
 Dalam hubungan ini hendaklah mereka yang telah mencapai jiwa mukti dapat menuntun mereka-mereka yang belum mencapainya. Sehingga hidupnya akan lebih berarti dan secara pelan tetapi pasti akan menuju pada kesempurnaan.
 Keempat jalan pencapaian moksa harus dilakukan dengan hati yang sungguh-sungguh, moksa sebagai tujuan hidup spiritual bukanlah merupakan suatu janji yang hampa melainkan merupakan suatu keyakinan yang berakhir dengan kenyataan.

DAFTAR PUSTAKA

Ida Bagus Sudirga, dkk.2007.Widya Dharma Agama Hindu:Ganeca Exact
Drs. I Gusti Made Ngurah, dkk. Pendidikan Agama Hindu Perguruan Tinggi:Paramita.Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar